Kamis, September 17, 2009

Latar Belakang Studi Komunikasi Antar Budaya

Latar Belakang Studi Komunikasi Antar Budaya

Perkembangan dunia saat ini menuju pada suatu yang disebut sebagai “Desa Dunia” karena semakin meningkatnya kontak-kontak komunikasi dan hubungan antar berbagai bangsa dan Negara. Mempelajari masalah-masalah komunikasi antarbudaya menjadi semakin penting. Dari berbagai permasalahan, orang mulai menyadari cara-cara untuk berhubungan dalam konteks antarbudaya tidaklah sesederhana yang dipikirkan sebelumnya. Berdasarkan luas lingkup permasalahannya, maka kesadaran itu dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu : kesadaran internasional, kesadaran domestik atau dalam negeri, dan kesadaran pribadi.

Kesadaran Internasional

Saat ini orang-orang bertambah mudah untuk pergi ke tempat-tempat yang mulanya asing dan sangat mudah untuk bertemu bahkan berinteraksi. Mobilitas yang meningkatkan, teknologi komunikasi modern, serta kesadaran akan masalah- masalah dunia yang harus ditangani bersama meningkatkan hubungan antarbudaya.
Dengan berkurangnya hambatan- hambatan komunikasi, maka dunia harus mencapai saling pengertian antar sesama umat manusia. Belajar untuk mengerti pikiran dan perilaku orang lain, tidak saja menjadi perhatian utama dari pemerintah suatu Negara tetapi juga lembaga perekonomian sosial dan keagamaan, serta individu- individu yang berusaha untuk memahami dunia.
Setelah Perang Dunia II, beberapa program yang berkaitan dengan penanganan masalah-masalah situasi dunia dan kebijakan luar negeri AS mulai dijalankan, yang pada akhitnya mempengaruhi perkembangan ilmu KAB. Pada tahun 1950-an, beberapa ahli seperti Edward T. Hall menemukan bahwa lembaga- lembaga khusus yang diadakan oleh pemerintah untuk memberikan informasi tetntang US ke dunia luar. Pada tahun 1959, Hall menyusun buku yang berjudul “The Silent Language” , yangt bias dianggap menandakan lahirnya KAB, karena merupakan sintesis dari berbagai hal yang pokok dan mendasar dalam memahami kebudayaan dan komunikasi, persepsi-persepsi budaya tentang ruang jarak pribadi dan waktu, serta hubungannya dengan berbagai kesalah pahaman antarbudaya.

Kesadaran Domestik

Selain perubahan- perubahan di dunia internasional, perubahan juga terjadi di dalam negeri, termasuk munculnya berbagai macam kelompok sub-budaya yang menyimpang dan kebudayaan dominan masyarakat.
Indonesia memiliki banyak suku bangsa dengan bahasa, dialek, nilai-nilai dan falsafah pemikiran masing-masing memungkinkan terjadinya kesalahpahaman dan bahkan sampai konflik fisik. Selain itu kelompok- kelompok sub-budaya yang muncul di kota- kota seperti kelompok kaum “homoseks”, “kawula muda” dengan “geng” dan bahasa prokemnya, menambah variasi kebudayaan di Negara kita. Tetapi dengan “variasi” ini, kemungkinan timbulnya permasalahan social akan meningkat pula. Dengan demikian, kebutuhan untuk studi tentang KAB di Indonesia merupakan hal yang harus segera dilaksanakan.

Kesadaran Pribadi

Setiap individu dapat memperoleh keuntungan dari studi KAB, antara lain:
Perasaan senang dan puas dalam menemukan sesuatu yang baru, dalam hal ini kebudayaan orang lain yang belum pernah diketahui atau disadari sebelumnya.
Pengetahuan tentang KAB dapat membantu untuk menhindari masalah- masalah komunikasi
Kesempatan- kesempatan kerja banyak terbuka untuk bidan KAB. Kebanyakan lembaga pemerintah maupun swasta, profit maupun non- profit , dalam berbagai tingkat, memerlukan orang- orang yang mempunyai wawasan KAB.
Memberikan kesempatan untuk mampu mempersiapkan dan memahami diri sendiri.

KAB sudah bisa dianggap sebagai suatu bidang studi, karena menurut Sitaram
(1976) telah memenuhi persyaratan-persyaratan dari suatu cabang ilmu pengetahuan yaitu:
Harus ada kepustakaan yang cukup memadai bagi ilmuwan dan mahasiswa untuk digunakan sebagai pelajaran dan referensi.
Adanya pengertian teoritis yang luasa sebagai landasan kuat bagi studi dalam bidang tersebut.
Harus ada lebih dari satu cara pendekatan untuk penerapan teori tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Harus cukup luas ruang lingkupnya sehingga ilmuwan mempunyai keleluasaan untuk melakukan penelitian dan membangun teori.
Harus memungkinkan untuk mengajar keterampilan pada para praktisi yang biasa mempedulikan aspek-aspek teoritis dari program latihan mereka.
Pada tingkat “graduate” (setingkat S2), harus memberi peluang bagi mahasiswa untuk mengambil bidang spesialisasi dalam satu aspek dari bidang tersebut.
Lulusan pendidikan tinggi harus dapat memperoleh pekerjaan berdasarkan pendidikan dan latihan mereka.
Kebutuhan untuk mempelajari bidang tersebut harus diakui oleh lembaga- lembaga pendidikan, organisasi-organisasi perusahaan, dan pemerintah.

Pengertian Komunikasi Antar Budaya (KAB)

Yang membedakan studi KAB dari studi- studi komunikasi lainnya adalah derajat perbedaan, latar belakang, pengalaman yang relative besar antara para komunikator, yang disebabkan oleh perbedaan kebudayaan. Sebagai asumsi dasar adalah bahwa di antara individu dengan kebudayaan yang sama umumnya terdapat kesamaan (homogenitas) yang lebih besar dalam hal latar belakang pengalaman secara keseluruhan dibandingkan dengan mereka yang berasal dari kebudayaan berlainan.
Telah banyak ahli yang mencoba untuk mendefinisikannya selama masa perkembangan KAB, diantaranya:
“Intercultural communication …. The art of understanding and being understood by the audience of another culture” (Sitaram, 1970)
(komunikasi antarbudaya adalah seni untuk memahami dan dipahami oleh khalayak yang memiliki kebudayaam lain).
“Intercultural communication …. Communication which occurs under condition of cultural difference language, values, costumes, and habits”.( Stewart, 1976)
(Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu kondisi yang menunjukkan adanya perbedaan budaya seperti bahasa, nilai- nilai, adat, dan kebiasaan).
“Intercultural communication is the process of exchange of thoughts and meaning between people of differing cultures.” ( Gerhard Maletzke, 1976).
(Komunikasi antarbudaya adalah proses pertukaran pikiran dan makna di antara orang- orang yang berbeda kebudayaannya.)

Dari definisi-definisi tersebut, tampak jelas penekanannya pada perbedaan kebudayaan sebagai faktor yang menentukan dalam berlangsungnya proses komunikasi. Jadi KAB merupakan proses komunikasi antar individu atau kelompok- kelompok yang berbeda kebudayaan, yang mencoba berinteraksi.
Konsep yang terpenting adalah kontak dan komunikasi, merupakan cirri yang membedakan studi KAB dari studi antropologi dan psikologi lintas budaya yang berupaya mendeskripsikan kebudayaan- kebudayaan antarbudaya.
Pentingnya bagi setiap orang mempelajari KAB adalah untuk tidak sekedar berhenti pada tahap pertemuan tentang karakteristik- karakteristik pola komunikasi intra budaya dan lalu lintas budaya saja, tetapi lebih jauh lagi, memusatkan perhatian pada tema konseptual pokok dari bidang khusus ini, yaitu komunikasi antar budaya.

1 komentar:

  1. Sebagai dosen Komunikasi Antarbudaya, saya sangat senang terhadap semua orang yang mengapresiasi ilmu tersebut, termasuk Anda, mbak Audrey. Terima kasih, belajar terus uktuk kebaikan dunia.
    TTD.
    Buddy R. Reksanegara, Prodi Ilmu Komunikasi Univ Slamet Riyadi, Solo Indonesia

    BalasHapus